Pages

Jumat, 06 Februari 2015

Hujan dan Kenangan


Hujan deras mengiringi langkahku ketika aku memasuki restoran cepat saji yang terdapat di sekitaran Jalan Dago itu. Saat itu, restoran tersebut tidak terlalu ramai, mungkin hanya ada beberapa orang yang sedang numpang berteduh. Aku datang dalam keadaan basah kuyup. Tentu saja ada rasa malu, namun ya sudahlah.. Aku datang ke sana untuk mengganjal perutku yang sudah minta diisi. Latihan teater hari itu ternyata cukup menguras banyak tenagaku. Dan aku butuh makan, sebelum pergi ke satu tempat lagi setelah itu.

Setelah memesan burger, kentang goreng, dan minuman bersoda, aku langsung mencari tempat duduk yang dekat dengan stop kontak. Lantai dua menjadi tempat pilihanku saat itu. Selain dekat dengan stop kontak, tempatnya pun nyaman. Namun entah hanya perasaanku saja, aku merasa orang-orang di sekitar memperhatikanku. Memang ada yang salah dengan pergi ke restoran cepat saji sendirian? Bukankah itu tempat umum? Lalu di mana letak kesalahannya?

Di meja samping kananku ada sepasang kekasih sedang asyik dengan gadgetnya masing-masing. Sesekali aku mendengar percakapan mesra di antara mereka. Sesekali pula si cowok berbisik kepada ceweknya sambil menatap ke arahku. Aku yang sedikit kesal langsung saja memasang raut muka jutek. Katanya cowok, tapi hobinya ngomongin orang. Lucu saja melihatnya. Mungkin hanya perawakannya saja yang cowok, tapi hatinya cewek. Ya.. Mungkin saja.

Di meja samping kiriku ada sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Ketika hujan masih deras, mereka sama-sama menatap ke arah jendela, mengamati tiap rintik hujan yang turun di luar restoran cepat saji tersebut. Setelah mereka bosan, mereka bermesraan sembari melihat ke arah gadget yang dipegang oleh si cewek. Entah apa yang mereka lihat, aku tidak ambil peduli. Aku hanya asyik memainkan gadgetku sendiri sembari mengeringkan jaketku yang masih basah kuyup.
***
Aku melihat sekeliling. ”Aku rindu kenangan di tempat ini,” kataku dalam hati. Meski sudah lumayan lama, namun tak pernah aku coba untuk lupakan. Ternyata, meskipun sudah jauh sekalipun, kenangan kita masih tetap ada dalam hatiku. Aku tak pernah mencoba untuk menghapusnya. Biarkanlah semua kenangan itu tetap hidup, biarkanlah aku berharap semua itu akan terjadi lagi suatu saat nanti.

Kamu ingat? Dulu kita sering sekali datang ke sana. Dulu kamu sering sekali menemaniku mengerjakan tugas di tempat itu. Ketika sifat manjaku datang, aku selalu merengek ingin kamu temani. Seperti tak kenal waktu, aku pernah minta ditemani mengerjakan tugas pada tengah malam di tempat itu. Sebenarnya kamu aku jadikan semangat di setiap hal yang aku lakukan. Jika ada kamu, semua terasa lebih ringan.

Dulu kita juga sering menghabiskan waktu di sana hanya untuk menunggu datangnya pagi. Waktu yang terlalu malam untuk pulang menjadi alasan kita memilih untuk pulang pagi saja. Selama berjam-jam, kita berbincang mengenai berbagai hal. Tak henti kamu berbagi tawa, membuatku semakin nyaman menghabiskan waktu bersamamu. Pernah suatu kali setelah ada satu pembicaraan, kita menuliskan pendapat tentang diri kita satu sama lain. Tahukah? Saat ini aku sedang berusaha untuk memperbaiki semua hal buruk yang kamu tulis tentang aku di kertas itu. Andai saja kamu tahu.
***
Ketika matahari sudah hampir tenggelam, aku bergegas pergi dari restoran cepat saji itu. Aku masih punya kegiatan lain yang harus aku selesaikan hari itu. Aku melangkah ke luar sembari menenteng jaketku yang basah kuyup, dan tentu saja ditemani hujan yang masih deras. Meskipun dinginnya sore itu terus menusuk ke dalam tulangku, namun aku coba lawan. Sesekali aku menengok ke belakang, ke arah restoran cepat saji itu. Aku berharap suatu saat dapat kembali ke tempat itu lagi, bersamamu.