Pages

Selasa, 30 Desember 2014

Aku, Bukan Dia

Lalu..
Siapa yang pernah membuatmu nyaman?
Siapa yang pernah membuatmu jatuh cinta?
Siapa yang pernah kau kejar?
Siapa yang tak pernah lelah mengejarmu?
Aku, bukan dia..

Lalu..
Siapa yang pernah menjadi milikmu?
Siapa yang pernah takut kehilanganmu?
Siapa yang selalu ingin berada di dekatmu?
Siapa yang selalu menjaga hatinya untukmu?
Aku, bukan dia..

Lalu..
Siapa yang selalu meneteskan air matanya untukmu?
Siapa yang selalu bersabar menghadapimu?
Siapa yang tak pernah lelah menantimu?
Siapa yang tak pernah lupa mendo’akanmu?
Aku, bukan dia..

Lalu..
Suatu saat aku hanya ingin kamu mengerti
Benar-benar mengerti
Bahwa orang itu adalah aku
Bukan dia..

Tanpa Judul

“Coba tanya hatimu sekali lagi sebelum engkau benar-benar pergi, masihkah ada aku di dalamnya? Karena hatiku masih menyimpanmu.” Fiersa Besari – April

Lantunan lagu tersebut sedang mengalun di handphoneku ketika aku membuat tulisan ini. Itu adalah salah satu lagu favoritku dari Fiersa Besari, musisi yang berasal dari kotaku, yang juga musisi favoritku. Aku sangat menyukai lagu itu karena selain musiknya enak didengar, liriknya pun cukup mewakili perasaanku saat ini, tentang seseorang yang ditinggalkan orang yang sangat dicintainya.

Harus aku akui, semenjak kamu pergi aku tak tahu bagaimana caranya agar hidup ini terus berjalan. Baru sekarang aku merasakan jatuh cinta sekeras ini. Aku tahu ini salah, sangat salah. Memberikan hati pada seseorang yang entah bisa menghargai itu semua atau tidak. Namun bukan hanya tentang itu.. Bukankah kita memang pernah saling jatuh cinta sebelum memutuskan untuk berpisah? Mungkin saat ini hanya waktunya saja yang salah, bukan perasaan kita.

Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Setahuku, setiap aku bertanya tentang perasaanmu padaku, kamu selalu menjawab dengan tidak pasti. Padahal kamu tahu, aku benci ketidakpastian. Namun kamu selalu melakukannya, lagi dan lagi. Kamu membuatku terus merangkai harapan dan berharap semuanya akan menjadi kenyataan.

Kamu adalah orang yang selama ini aku jadikan mimpi. Banyak sekali mimpi yang ingin aku wujudkan bersamamu. Aku ingin selalu bersamamu sampai kapanpun, mungkin sampai kita tidak lagi muda, terus mendampingimu sampai rambut memutih dan raga tak mampu lagi berbuat banyak. Salahkah? Dan untuk dalam waktu yang lebih dekat lagi.. Aku ingin kamu menjadi pendamping wisudaku. Tentang mawar biru yang aku minta, kamu masih ingat kan?

Entah apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku merasa kehilangan arah, merasa sangat kosong. Mungkin aku lelah dengan semuanya. Aku juga heran, mengapa aku dapat dengan mudah memaafkan meskipun sudah berulang kali dikecewakan? Mengapa aku masih terus mengejar meskipun sudah tidak ada ikatan apa-apa? Mengapa aku sanggup untuk menunggu tanpa tahu itu akan sia-sia atau tidak? “Cinta itu pembodohan,” mungkin kalimat itu memang benar.

Kamu membuatku membuat jarak dengan lelaki lain. Setiap ada yang mendekat, aku tidak dengan mudah menerima. Seakan pintu hatiku ini sudah tertutup rapat. Meskipun kamu selalu berkata bahwa aku boleh menjalin hubungan dengan siapapun, namun bukan itu yang aku mau.. Sama sekali bukan itu. Aku tidak ingin menjalin hubungan dengan lelaki lain jika itu hanya untuk melupakan kamu.

Sekarang, biarlah semua berjalan seperti ini. Aku tahu, jika kamu ditakdirkan untuk kembali, kamu pasti akan kembali sebagaimana mestinya. Pulanglah jika waktunya sudah tiba, pulanglah dengan pendewasaan. Aku harap, suatu saat kamu akan mengerti mengapa hati ini selalu memperjuangkan. Aku harap kamu juga akan mengerti tentang penantian yang tak ada habisnya ini. Ya.. Semoga saja kamu mengerti.