Jumat, 06 Februari 2015
Hujan dan Kenangan
Hujan
deras mengiringi langkahku ketika aku memasuki restoran cepat saji yang
terdapat di sekitaran Jalan Dago itu. Saat itu, restoran tersebut tidak terlalu
ramai, mungkin hanya ada beberapa orang yang sedang numpang berteduh. Aku
datang dalam keadaan basah kuyup. Tentu saja ada rasa malu, namun ya sudahlah..
Aku datang ke sana untuk mengganjal perutku yang sudah minta diisi. Latihan
teater hari itu ternyata cukup menguras banyak tenagaku. Dan aku butuh makan,
sebelum pergi ke satu tempat lagi setelah itu.
Setelah memesan burger,
kentang goreng, dan minuman bersoda, aku langsung mencari tempat duduk yang
dekat dengan stop kontak. Lantai dua menjadi tempat pilihanku saat itu. Selain
dekat dengan stop kontak, tempatnya pun nyaman. Namun entah hanya perasaanku
saja, aku merasa orang-orang di sekitar memperhatikanku. Memang ada yang salah
dengan pergi ke restoran cepat saji sendirian? Bukankah itu tempat umum? Lalu
di mana letak kesalahannya?
Di meja samping kananku
ada sepasang kekasih sedang asyik dengan gadgetnya masing-masing. Sesekali aku
mendengar percakapan mesra di antara mereka. Sesekali pula si cowok berbisik
kepada ceweknya sambil menatap ke arahku. Aku yang sedikit kesal langsung saja
memasang raut muka jutek. Katanya cowok, tapi hobinya ngomongin orang. Lucu
saja melihatnya. Mungkin hanya perawakannya saja yang cowok, tapi hatinya
cewek. Ya.. Mungkin saja.
Di meja samping kiriku
ada sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Ketika hujan masih deras, mereka sama-sama
menatap ke arah jendela, mengamati tiap rintik hujan yang turun di luar
restoran cepat saji tersebut. Setelah mereka bosan, mereka bermesraan sembari
melihat ke arah gadget yang dipegang oleh si cewek. Entah apa yang mereka lihat,
aku tidak ambil peduli. Aku hanya asyik memainkan gadgetku sendiri sembari
mengeringkan jaketku yang masih basah kuyup.
***
Aku melihat sekeliling.
”Aku rindu kenangan di tempat ini,” kataku dalam hati. Meski sudah lumayan
lama, namun tak pernah aku coba untuk lupakan. Ternyata, meskipun sudah jauh
sekalipun, kenangan kita masih tetap ada dalam hatiku. Aku tak pernah mencoba
untuk menghapusnya. Biarkanlah semua kenangan itu tetap hidup, biarkanlah aku
berharap semua itu akan terjadi lagi suatu saat nanti.
Kamu ingat? Dulu kita
sering sekali datang ke sana. Dulu kamu sering sekali menemaniku mengerjakan
tugas di tempat itu. Ketika sifat manjaku datang, aku selalu merengek ingin
kamu temani. Seperti tak kenal waktu, aku pernah minta ditemani mengerjakan tugas
pada tengah malam di tempat itu. Sebenarnya kamu aku jadikan semangat di setiap
hal yang aku lakukan. Jika ada kamu, semua terasa lebih ringan.
Dulu kita juga sering
menghabiskan waktu di sana hanya untuk menunggu datangnya pagi. Waktu yang
terlalu malam untuk pulang menjadi alasan kita memilih untuk pulang pagi saja.
Selama berjam-jam, kita berbincang mengenai berbagai hal. Tak henti kamu
berbagi tawa, membuatku semakin nyaman menghabiskan waktu bersamamu. Pernah
suatu kali setelah ada satu pembicaraan, kita menuliskan pendapat tentang diri
kita satu sama lain. Tahukah? Saat ini aku sedang berusaha untuk memperbaiki
semua hal buruk yang kamu tulis tentang aku di kertas itu. Andai saja kamu
tahu.
***
Ketika matahari sudah
hampir tenggelam, aku bergegas pergi dari restoran cepat saji itu. Aku masih
punya kegiatan lain yang harus aku selesaikan hari itu. Aku melangkah ke luar
sembari menenteng jaketku yang basah kuyup, dan tentu saja ditemani hujan yang
masih deras. Meskipun dinginnya sore itu terus menusuk ke dalam tulangku, namun
aku coba lawan. Sesekali aku menengok ke belakang, ke arah restoran cepat saji
itu. Aku berharap suatu saat dapat kembali ke tempat itu lagi, bersamamu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar (+add yours?)
Posting Komentar