Kamu,
apa kabar? Pangeran tidur yang selalu aku simpan dalam hati. Saat ini
sepertinya waktu mencoba untuk memisahkan kita, sehingga satu pertemuan pun
menjadi satu hal yang selalu aku tunggu. Mengapa waktu bisa begitu jahat?
Entahlah. Banyak hal berbeda yang kini aku rasakan. Mungkin karena perjalanan
kita yang sudah lumayan lama.. Setengah tahun menjalani semuanya, dan lebih
dari satu tahun kita dekat. Apa kamu bosan? Aku rasa begitu. Aku rindu
saat-saat itu. Saat perlakuan manis masih hinggap di tengah kisah kita. Aku
ingat.. Dulu begitu lama kita dekat, sebelum akhirnya memutuskan untuk bersama.
Ternyata pendekatan yang begitu lama pun tidak baik juga. Kata orang, ”Masa-masa
indahnya sudah lewat.” Ya, sepertinya memang begitu.
Kamu,
aku rindu berbagai hal manis yang dulu pernah kita lakukan. Dulu, pertemuan
seakan menjadi suatu hal yang selalu kita nantikan. Kamu (ataupun aku) selalu
berusaha untuk menciptakan satu pertemuan. Entah itu hanya untuk sekedar makan
bareng atau hanya jalan-jalan. Aku ingat, dulu pertama kali kita meluangkan
waktu bersama untuk makan di sebuah restoran cepat saji, ya meskipun itu bukan
tujuan awal kita. Ketika itu aku masih berada di kampung halamanku. Aku sengaja
pulang ke Bandung lebih awal karena sudah berjanji akan pergi bersamamu. Dan
betapa senangnya, ketika sampai kamu sudah menanti di ujung gang rumahku. Ya..
Aku rindu saat itu.
Aku
juga ingat, dulu pernah ketika aku akan pulang diantar olehmu, kamu membujukku
untuk tinggal di Bandung satu hari lagi. Saat itu aku sedang dibutakan oleh
berbagai masalah, ingin rasanya menangis. Saat itu, kamu selalu bertanya apa
yang terjadi kepadaku. Namun aku tak ingin membagi beban yang aku rasakan, aku
lebih memilih untuk diam. Lalu kamu mencoba untuk terus menghibur. Kamu
membawaku pergi jauh, menikmati dinginnya malam bersamamu. Kamu mengarahkan
motor ke arah tempat yang begitu jauh, ke tempat dimana universitas impianku
berada. Waktu yang begitu larut membuatku ragu untuk kamu bawa ke sana. Namun pada
akhirnya aku luluh. Dan kamu berhasil, kamu membuat aku lupa akan semua
masalahku. Tawa tak henti kamu bagi, membuatku merasa nyaman ada di dekatmu.
Cerita
lainnya.. Dulu aku sempat ingin mengikuti tes ke salah satu sekolah kedinasan.
Aku sering bercerita kepadamu tentang hal itu. Secara tidak langsung aku
melihat kamu tidak ingin aku pergi. Kamu selalu menahanku untuk pergi. Aku begitu
terharu ketika kamu melakukan itu semua. Memangnya aku berharga bagimu? Namun
setelah aku yakinkan, kamu bisa menerima. Katamu, mungkin saja suatu saat kita
dipertemukan di tempat yang lain. Kamu ingat dengan perkataanmu itu? Sepertinya
kamu sudah lupa, aku saja yang terlalu rajin mengingat. Ketika hari-H, kamu
mengantarku ke lokasi ujian. Kamu aku ajak berputar-putar mencari ruangan,
meski aku tahu kamu sedang kelelahan saat itu, namun kamu tetap mau..
Juga
tentang sore itu, kamu ingat? Setelah lelah menjalani kuliah, kamu
menghubungiku. Katanya, “Kita jalan-jalan.” Aku bertanya-tanya, hendak dibawa
kemana? Dan ternyata.. Kamu memintaku untuk menemanimu mencari beberapa alamat
panti asuhan yang ada di Bandung. Meskipun cuaca begitu dingin malam itu, namun
aku mencoba untuk menikmatinya. Aku senang bertemu dengan mereka, anak-anak
yang begitu lugunya. Seakan tak ada beban yang mereka milikki, padahal mereka
harus menjalani hidup tanpa sosok orang tua. Begitu hebatnya mereka. Dan kamu,
kamu membuat satu pengalaman yang sangat berharga bagiku. Kamu mempertemukan
aku dengan anak-anak manis itu. Sungguh bahagia rasanya.
Kamu
ingat tentang malam itu? Ketika kita menghabiskan waktu bersama di salah satu
tempat perbelanjaan yang sering kita kunjungi. Lalu kita berjalan ke arah game
master. Kita bermain bersama. Mencoba beberapa permainan, seperti misalnya basket.
Ah, basket.. Kamu adalah pebasket yang baik, aku senang melihatmu bermain. Kamu
sungguh sesuai dengan apa yang aku mau, entah mengapa, dulu aku sangat menyukai
anak basket, dan sekarang aku memilikinya. Betapa senangnya. Di pusat permainan
itu, kita bermain satu game yang apabila menang akan mendapatkan sebuah boneka.
Aku lihat kamu begitu antusias dengan game itu, kamu ingin memenangkannya.
“Nanti bonekanya buat kamu,” katanya saat itu. Aku geli mendengarnya, juga
ketika melihatnya bulak-balik membeli koin untuk memainkan kembali game itu.
Meskipun akhirnya tidak menang, namun aku mendapatkan boneka kecil berwarna
biru dari game lainnya. Cukup membuatku senang, apalagi itu didapatkan ketika
aku sedang bersamamu. Mungkin akan menjadi kenangan suatu saat nanti.
Selain
jago basket, kamu juga adalah pemusik yang baik. Sekali lagi, dari dulu aku
juga suka dengan orang yang bisa bermain musik, dan kini aku memilikinya. Entah
mengapa, aku dapat terpaku begitu saja jika melihat seseorang yang sedang
bermain musik. Mengapa? Karena aku cinta musik, layaknya aku mencintaimu. Aku
rindu dengan nada-nada yang kita nyanyikan. Kamu ingat lagu Maliq &
d’Essentials yang berjudul ‘Pilihanku’? Dulu kita sering menyanyikan lagu itu,
sekali pun sedang dalam perjalanan. Meskipun kamu selalu meledek suaraku, namun
aku selalu dengan sengaja menyanyi keras-keras di depan telingamu. Dan kita
pun tertawa bersama.
Sungguh,
aku rindu semua hal manis (dan hal gila) yang kita lakukan dulu. Sering kali
kita membuat satu percakapan yang orang lain tidak mengerti. Namun kita dapat
tertawa terbahak-bahak karena lelucon itu. Kata orang, imajinasi kita terlalu
tinggi. Ya, mungkin saja. Namun itulah yang membuatku mencintaimu. Kamu
membuatku nyaman dengan segala percakapan yang penuh dengan tawa. Kali ini pun,
aku cukup nyaman dengan hubungan yang tidak kamu bawa terlalu serius. Meskipun
aku selalu bertingkah aneh, menuduhmu ini itu, namun sungguh.. Di balik semua itu
aku sangat mencintaimu. Dan aku selalu berharap saat-saat itu akan kembali.
Sungguh, aku rindu.