Sabtu, 22 Oktober 2016
Rumah
Minggu, 07 Agustus 2016
Tentang Dua Hari yang Lalu
Sesampainya di sana, aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku yang semakin tidak terkendali. Senyuman lebar selalu menghiasi wajahku meskipun aku sudah berusaha untuk bersikap sebiasa mungkin. Di tengah kerumunan orang, aku lihat ada kamu di sana. Sesekali aku melihat ke arahmu, entah kamu menyadari atau tidak.
Lalu tiba-tiba saja.. Ada suatu hal yang membuat jarak kita semakin mendekat. Sungguh.. Aku tidak bisa menyembunyikan raut wajahku yang sepertinya semakin terlihat ‘tidak biasa’. Dan lagi, aku harus bersikap sebiasa mungkin agar kamu tidak curiga. Tapi tiba-tiba saja kamu mengatakan sesuatu kepadaku yang membuat jantungku berdegup semakin kencang. Mungkin perkataanmu biasa saja, tapi karena kamu yang mengatakan rasanya jadi berbeda.
Setelah itu, aku tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia di dalam hatiku yang sepertinya semakin menjadi-jadi. Aku jadi ingat, dua hari sebelumnya kita juga bertemu secara tidak sengaja di satu tempat. Aku tidak bisa berkata apa-apa ketika tiba-tiba saja kamu melewat di hadapanku dan mata kita bertemu. Untuk menyapamu atau hanya tersenyum kepadamu saja rasanya lebih sulit dari apapun.
Hmm.. Entah harus dinamakan apa perasaan ini, tapi setauku ketika aku mendengar apapun tentang kamu, ada sesuatu yang bergejolak di dalam hatiku. Aku tidak ingin berharap apapun, aku takut suatu saat harapanku harus dipatahkan karena kenyataan berkata lain. Tapi sayangnya, sampai saat ini aku belum tau bagaimana caranya membatasi harapan. Aku juga belum tau bagaimana caranya untuk tidak berharap.
Selasa, 28 Juni 2016
Mengingat Kematian
Sabtu, 04 Juni 2016
Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana
Kau ini bagaimana?
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
Aku harus bagaimana?
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau serimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana?
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras
suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana?
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam
Bisshowab
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri
semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana?
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana?
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan
mendikte saja
Kau ini bagaimana?
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana?
Atau aku harus bagaimana?
-Gus
Mus, 1987-
Jumat, 29 April 2016
Kagum
Sabtu, 05 Maret 2016
Tentang Kamu dan Inspirasiku
Hallo, rasanya sudah
lama sekali blog ini aku tinggalkan. Apa kabar? Untuk siapapun yang membaca
tulisan ini, semoga semuanya dalam keadaan baik.
Akhir-akhir ini, aku
merasa ada yang kurang, seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupku. Semua
berawal dari pertanyaan salah seorang teman di komunitas beberapa waktu yang
lalu. Percakapan kita kurang lebih seperti ini :
A : “Va, kamu masih
suka nulis?”
Setelah berkata seperti itu, ada hening beberapa saat di antara kami. Serasa ada yang aneh dengan perkataanku itu.
B : “Oh maksudnya suka kok, tapi udah lama gak nulis.”
Aku buru-buru meralat perkataanku. Rasanya tidak bisa dipercaya ketika ditanya bisa langsung menjawab seperti itu. Tidak bisa dipungkiri, aku memang sudah lama vakum dari dunia tulis menulis. Tulisan-tulisan terakhir pun hanya berakhir di folder draft, semua yang ada di pikiran tidak lagi dapat aku tuangkan dalam bentuk tulisan.
Entah kenapa.. Satu tahun yang lalu, di saat kamu benar-benar pergi, rasanya semua inspirasiku juga ikut pergi. Selama dua tahun berturut-turut kamu yang aku jadikan inspirasi dalam menulis. Di saat kamu pergi, semuanya ikut pergi. Tulisanku seperti tidak lagi hidup, hambar sekali. Beberapa tulisan terakhirku hanya berisi tentang aku yang sedang menunggu kamu yang tidak juga datang. Beberapa kali aku tuliskan bahwa aku rindu, tapi entah kamu baca atau tidak. Rasanya tidak ada topik lain yang bisa aku tuliskan. Ternyata menjadikan orang baru sebagai inspirasi bukanlah hal yang mudah.
Lama-lama aku sadar bahwa duniaku bukan hanya tentang kamu, kamu dan kamu. Masih banyak hal yang bisa aku tuliskan. Kamu sudah cukup menjadi tokoh utama dalam beberapa tulisanku sebelumnya, tapi sekarang tidak lagi. Mungkin suatu saat akan kembali aku tuliskan jika aku sedang rindu atau apalah itu. Yang pasti, tidak saat ini. Aku juga tahu, saat ini tulisanmu bukan lagi tentang aku. Tapi sudahlah, semuanya sudah lewat. Jika kamu membaca tulisan ini, ketahuilah bahwa kamu sempat hidup dalam tulisan-tulisanku. Ketahuilah juga bahwa aku sempat menunggu kamu dalam waktu yang lama, begitu lama. Tapi sekarang sudahlah.. Aku harap kita masih bisa berteman baik.