Senin, 31 Juli 2017
Selesai
Entah harus kumulai
dari mana tulisan ini. Baru saja beberapa kata yang kutulis, rasanya air mata
sudah berlinang di pelupuk mata.
Beberapa waktu ini aku
merasa ada bagian yang hilang dari diriku. Saat tahu tentang semuanya, rasanya
ada sesuatu yang terbawa pergi dan tak akan pernah kembali.
Semua masih tentang
kau, orang yang sudah beberapa tahun terakhir tertulis dalam ingatan. Orang
yang sudah berkali-kali kucoba untuk lupakan, namun tak pernah bisa.
Maaf jika aku masih
saja menulis tentangmu, padahal sudah sering kubilang bahwa semuanya telah selesai.
Tapi sungguh, sekarang aku baru sadar bahwa semuanya telah benar-benar selesai.
Seseorang pernah
berkata kepadaku, semuanya akan selesai ketika kau memutuskan untuk menikah
dengan orang lain. Namun bagiku, semuanya telah selesai ketika kau memilih
untuk menjalin kasih dengan orang lain. Ingatkah kau? Sebelumnya sudah
berkali-kali kau bilang akan tetap sendiri sampai menemukan orang yang tepat
untuk diajak ke tahap yang lebih serius.
Tahukah? Kata-katamu
itu membuatku merangkai angan selama bertahun-tahun. Dengan tahu bahwa kau tak
terikat dengan siapa pun, rasanya itu sudah cukup membuatku tenang. Aku melihat
ada sedikit harapan, yang tanpa kutahu hanya berakhir dengan kekecewaan.
Setiap hari, aku mencoba
untuk memperbaiki diri, memperbaiki setiap sifat buruk yang dulu sangat kau
benci. Dan aku berhasil. Aku sekarang sudah tumbuh menjadi wanita yang lebih
dewasa, bukan lagi gadis yang kekanakan sepeti dulu saat aku bersamamu.
Setiap hari, aku terus
menunggu sampai waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya. Aku ingin
melangkah ke arah yang lebih serius denganmu. Namun aku tidak ingin
terburu-buru, mengingat usia kita yang masih terbilang muda. Dan aku yakin,
saat ini karir adalah prioritas utamamu.
Aku memilih untuk
menjaga jarak. Namun aku selalu berusaha untuk tidak hilang kontak denganmu.
Meskipun hanya saling bertegur sapa sebulan sekali, atau bahkan beberapa bulan
sekali, yang penting aku tahu bahwa kau baik-baik saja.
Ketika kita mulai dekat
lagi, kau harus tahu betapa senangnya aku saat itu. Meskipun aku tidak tahu
bagaimana perasaanmu, mungkin aku hanya kau anggap angin lalu, namun biarlah..
Setidaknya aku bisa merasa bahagia, meskipun hanya sekejap, namun terasa nyata.
Beberapa bulan yang lalu,
intensitas komunikasi kita terbilang cukup baik. Kau pun sempat menemaniku ke
dalam satu acara, lalu seperti dulu, kau menjemput dan mengantarku pulang.
Senang sekali rasanya. Aku senang bisa berbagi cerita, canda, dan tawa denganmu.
Kau tahu? Aku punya
satu buku tentangmu. Buku yang sudah aku tulis sejak 4 tahun yang lalu.
Semuanya hanya berisi tentangmu, juga tentang kita. Seumur hidupku, baru kali
ini aku menjadikan seseorang sebagai tokoh utama dalam tulisanku sampai selama
itu. Bisakah kau bayangkan, sebesar apa perasaanku padamu?
Hingga sampailah pada
malam itu, ketika aku harus melihat kenyataan bahwa kau telah memilih yang
lain. Aku melihat bahwa kau mengingkari ucapanmu. Lalu apa artinya semua ini?
Setelah aku merasa kita dekat lagi, namun ternyata kau telah memiliki pilihan
lain. Bahkan mungkin kalian sudah menjalani semuanya dalam waktu yang lama.
Aku hanya bisa mengutuk
diriku sendiri. Mengapa sampai tak tahu sedikit pun? Aku yang tidak peka, atau
memang kau yang terlalu rapat menyimpan semuanya? Entahlah, setahuku kau memang
pandai menyembunyikan sesuatu.
Malam itu aku tak mampu
berkata banyak. hanya tangis yang mampu mengungkapkan semuanya. Merasa paling
bodoh karena sudah menunggu dalam waktu yang lama. Sungguh, rasanya lebih sakit
jika dibandingkan dulu saat kita memutuskan untuk tak lagi beriringan.
Sejak malam itu, aku
tak tahu langkah apa yang harus aku lakukan untuk menata kembali perasaanku.
Setiap hari aku hanya berusaha untuk melupakanmu. Namun aku bisa apa? Semua hal
yang aku lakukan selalu saja mengingatkanku padamu.
Apakah selama ini kau
benar-benar tak tahu tentang perasaanku? Atau hanya pura-pura tak tahu? Setelah
banyaknya tulisan yang aku tulis untukmu, aku yakin kau pasti membaca semuanya.
Seperti beberapa tahun yang lalu, bukankah kau sering kali membaca tulisanku? Setelah
kau baca, lalu kau berkomentar. Saat itu aku hanya tersipu malu, karena tulisan
itu adalah tentangmu.
Lalu sekarang aku harus
bagaimana? Kau tahu kan, tidaklah mudah menjadi aku. Seakan dipaksa untuk pergi,
padahal aku benar-benar tak ingin pergi.
Sementara ini, aku
pasrah dengan keadaan. Tak mungkin merengek dan memaksamu untuk tetap tinggal.
Aku yakin dapat mengatasinya dengan cara yang lebih dewasa. Kali ini, aku
menganggap semuanya telah benar-benar selesai. Bagaimanapun juga, aku tetap harus melanjutkan hidup, meski tanpamu.
Berbahagialah. Semoga
ia dapat memperlakukanmu dengan baik.
Langganan:
Postingan (Atom)